Tuesday, July 19, 2011

4. Malam berkuasa

"hey teman, pernah kau putus asa?" tanya seorang kawan memulai pembicaraan.

seperti biasa, meja yang berhiaskan dua gelas kopi yang sudah beberapa kali diseruput, asbak, 2 bungkus rokok yang sudah beberapa kali dihisap dan abunya yang bertebaran, serta sebuah pertanyaan "kenapa abu rokok bertebaran diatas meja padahal ada asbak disana?".

"aku tidak menyebutnya putus asa, aku menyebutnya malam berkuasa". dengan nada sedikit bercanda, Dilan menghisap rokoknya dan menunggu seakan tau si kawan akan bertanya.

malam minggu ini rasanya lebih panjang dari malam-malam yang lain. lelah sudah berkeliling Jakarta bagian selatan bersama 9 kawan lain, menyaksikan lagi paha-paha wanita muda berkeliaran sepanjang perjalanan setelah mereka lihat 'pertunjukkan' itu di televisi, dan menikmati udara malam di sebuah taman bersama pasangan muda-mudi yang membuat iri. menyisakan Dilan dan si kawan di teras rumah Dilan. nampak jam di tangan si kawan menunjukkan pukul sepuluh. "empat jam yang melelahkan" ujarnya dalam hati.

"malam berkuasa? apa lagi itu?" benar saja si kawan bertanya heran.
"aku biarkan malam menguasai perasaanku" dengan sedikit tersenyum Dilan menjelaskan.
"itu pun hanya jika terpaksa saja" lanjutnya lagi setelah menyeruput kopi dan menghisap rokoknya.

pertanyaan si kawan membawanya kembali, saat dia tanyakan itu kepada ayahnya. saat dia merasa tidak bisa melewati tembok yang menghadang di hadapan.

"kau sedang ada masalah?" tanya Dilan.
"ya, biasa lah. keinginan seakan gagal menemui kenyataan. lalu, apa yang kau lakukan pada malam berkuasa itu?" lanjut si kawan.
"mendengarkan musik, dan membiarkan kegagalan yang pernah terjadi mengisi penuh pikiranku" jelasnya.
"lalu?" tanya si kawan kurang puas.
"biarkan saja" jawabnya santai.
"lalu, seberapa hebat dia menguasaimu?" tanya si kawan penasaran.

sesaat dia ingat. sebuah masa di mana dia, kesendirian, dan perasaan gagalnya memaksa untuk memberontak. marah entah pada apa, tapi merasa harus marah. melampiaskan marahnya dan berseteru dengan matahari. berkawan dengan kesedihan dan khayalan. membiarkan hati dan pikirannya membusuk bersama angin malam.

"sempat malam menguasai penuh hidupku. menemani kemarahanku. saat itu aku sengaja membiarkannya berkuasa, membiarkannya menolongku meratapi gagalku" jelasnya agak sedih. entah dari mana datangnya, mendadak ingin saja dia berteriak. "ada kawanku, hati saja lah yang berteriak".

"apa yang membuatmu begitu marah?"
"entahlah. kesendirian, ketidakmampuan, kesalahan, keresahan" jelasnya.
"berapa lama?"
"cukup lama hingga akhirnya aku sadar betapa bodohnya hal yang ku lakukan" jelasnya sedikit tersenyum.
"lalu sekarang, jika kemarahanmu kembali datang?" si kawan menatapnya agak ragu, menunggu Dilan menjawab sembari menghabiskan kopinya.
"tetap kubiarkan malam menemaniku, tapi tidak menguasaiku. tidak salah jika kita bersedih karena gagal atau resah, menurutku itu manusiawi. tapi jika malam dan sedih menguasaimu, bersiaplah menunggu hancur" jawab Dilan yakin.

jawaban ayahnya membuat Dilan sadar satu hal. "secara harfiah, gagal berarti tidak berhasil. tapi ayah lebih suka menyebutnya 'belum'. kebanyakan orang sukses bercerita secara detail tentang perjuangan dan kegagalannya, tapi kesuksesannya hanya di jelaskan dengan sebuah kalimat "akhirnya saya berhasil". tidak ada yang mudah, tapi tidak ada yang sulit" kata ayahnya.

"aku selalu mencoba mencari celah dimana aku bisa menemukan jalan lain dan mencari alasan agar tidak berhenti. dan aku tidak pernah kehabisan alasan." lanjut Dilan sebelum dia menuju ke dapur mengambil segelas air hangat.
"kau mau kawan?" tanya Dilan pada si kawan.
"tidak lah, sudah cukup larut. lebih baik aku pulang" jawab si kawan.
"baiklah kalau begitu, jangan lupa ajak aku lagi minggu depan" sambil tertawa kecil.
"tenang saja, kau sudah aku masukkan daftar. nomor satu" si kawan menanggapi tawanya.

Dilan tidak mencoba menerka apa yang sedang kawannya pikirkan. jika pun kata-katanya tidak diterima si kawan, dia tidak perduli. karena dia sadar bahwa dia belum berhasil. alasan kenapa orang yang berduit lebih di dengarkan dari pada orang yang tidak punya duit adalah, orang yang berduit sudah berhasil mendapatkan sesuatu dari hasil pikiran dan perjuangannya. semua yang mereka katakan pasti lebih berkesan daripada orang yang tidak berduit ucapkan, walaupun sama benarnya.

No comments:

Post a Comment